Saturday 21 April 2012

Orang asing yang lebih berjasa dibanding kalian!


1. Robin Lim


Robin Lim yang biasa dipanggil Ibu Robin adalah seorang bidan dari Amerika Serikat. Beliau menjadi bidan setelah mengalami tragedi yang merenggut orang2 terdekatnya karena komplikasi kehamilan. Beliau mendirikan Yayasan Bumi Sehat di Bali yang melayani kehamilan, kelahiran, dan bantuan medis.

Kenapa beliau lebih berjasa daripada KAMU?

Yup, gratis! Di tengah situasi carut marut negeri ini, saat semua harga dirasa mencekik, saat semua harus diurus menggunakan uang, di saat semua orang mengeluh, “Aduh gw ga punya duit, jadi ga bisa bantu orang lain,” ada seorang asing yang rela pindah rumah dari sebuah negara besar kaya adidaya yang mendedikasikan hidupnya untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan.
Ibu Robin memberi pelayanan gratis kepada semua yang membutuhkannya. In fact, alasan beliau memilih Indonesia adalah tingginya angka kematian ibu dan bayi; di negeri ini seringkali orang tidak mendapat perawatan dan tidak dapat mengambil bayinya karena tidak mempunyai uang.

Ibu2 dengan kondisi ekonomi seperti ini
Bagi yang tidak tahu, ongkos melahirkan di Indonesia sangat mahal. Di negeri yang 30% penduduknya berpenghasilan di bawah 300ribu sebulan, ongkos melahirkan normal bisa mencapai 700ribu. Kalau harus caesar? 7juta. Kalau ga bisa bayar? Maaf Bu, Anda harus keluar dari rumahsakit tanpa perawatan dan bayi Anda nggak bisa diambil.
Ibu Robin menggratiskan itu semua. Sejak menjual rumahnya di Hawaii (yup, bukan typoShe left paradise to address poverty) dan pindah ke Bali, beliau membuka klinik 24 jam dan apabila ada panggilan khusus, beliau langsung berangkat ke klinik kapanpun. Yang lebih hebat lagi, saat Aceh dilanda tsunami, beliau turun langsung ke Aceh dan membuka klinik gratis (lagi). Dua klinik gratis tersebut sudah melahirkan total 5000 bayi sampai sekarang. Dia juga membuka klinik di daerah bencana yang lain seperti Jogja dan Padang, bahkan Haiti.
Ibu yang barusan mendapat hadiah CNN Hero of the Year 2011 ini berkata, “No one gets rich being a midwife. The riches that you experience are the deeper values.” Beliau puas dan merasa kaya dengan membantu orang lain, tahu bahwa banyak orang membutuhkannya, dan suasana kekeluargaan dengan masyarakat yang dirasakannya, seperti saat ada mantan pasien yang setiap tahun membawa mangga ke klinik setiap kali mangga di rumahnya berbuah.


2. Birute Galdikas




BirutÄ— Marija Filomena Galdikas, OC adalah seorang peneliti dan aktivis konservasi orangutan pertama di dunia dari Kanada yang sekarang sudah berpindah kewarganegaraan menjadi Indonesia.

Kenapa beliau lebih berjasa daripada KAMU?

Beliau adalah peneliti pertama dari orangutan dan sudah 40 tahun di Indonesia mengkampanyekan konservasi alam di Indonesia.
Yup, di saat orang Indonesia dan Malaysia berantem di Internet ngeributin orangutan siapa yang lebih ganteng, Prof. Galdikas mendedikasikan dirinya untuk melestarikan orangutan di lapangan bahkan dari sebelum orang Indonesia sadar bahwa orangutan adalah kekayaan bangsa.
Prof. Galdikas datang ke Indonesia pertama kalinya pada tahun 1971 pada usia 25 tahun walaupun ditentang oleh profesor-profesor dan teman-temannya yang beranggapan bahwa orangutan tidak mungkin dapat diteliti karena mereka pemalu dan hidup di rawa-rawa yang susah dicapai. Beliau datang pertama kali di Tanjung Puting yang saat itu masih belum jadi Taman Nasional. Saat pemerintah masih belum tahu bahwa ada kekayaan bangsa tersembunyi di situ.

Dari waktu masih jadi hot redhead :D
Dengan determinasi yang kuat tanpa menghiraukan kritik dan kondisi hidup yang memprihatinkan di tengah gempuran jutaan lintah dan serangga pemakan daging, beliau meneliti dengan sungguh-sungguh. Setelah 4 tahun bekerja keras, beliau dipercaya menulis artikel utama di National Geographic tentang orangutan, yang mengenalkan orangutan untuk pertama kalinya bagi dunia.
Selama 40 tahun beliau mengajar, meneliti dan mengkampanyekan konservasi orangutan dan habitatnya. Beliau telah melakukan riset paling panjang di dunia yang dilakukan oleh seorang investigator utama tentang jenis mamalia apapun. Beliau menerima bermacam2 penghargaan, di antaranya Tyler Prize for Environmental Achievement (1997) dan Kalpataru (1997). Dia adalah satu-satunya non-pribumi yang mendapat Kalpataru dan salah satu dari wanita pertama yang menerimanya.

Plus dia udah foto sama Morgan Freeman, yang adalah anugerah besar di muka bumi.
Ingin ikut berkontribusi? Mantan pekerja tambang atau penebangan hutan di Kalimantan yang merasa bersalah terhadap orangutan barangkali? Silakan kunjungi website-nya http://www.orangutan.org/

3. Gavin Birch


Gavin Birch, atau Husin Abdullah setelah pindah Islam, adalah seorang mantan pebisnis restoran di Australia yang pindah ke Pulau Lombok. Di sana beliau mendirikan Pondok Siti Hawa, sebuah penginapan yang dikelolanya bersama istrinya.

Kenapa beliau lebih berjasa daripada KAMU?

Well, clearly bukan karena penginapannya. Husin sudah 20 tahun mengkampanyekan kebersihan, menjadi penggagas program-program kebersihan di Lombok, dan masih memunguti sampah sendirisampai sekarang.

Whaaattt???
Yes, my friends. Ada orang asing yang mau turun tangan ikut membersihkan sampah di Indonesia yang permasalahan sampahnya sangat brutal sampai-sampai kadang2 pemerintahnya pun malas turun tangan ini. Saat orang2 sibuk triak2 debat diskusi blablabla di TV beretorika dan ‘berdiskusi’ tentang gimana mengatasi permasalahan sampah, Pak Husin tanpa banyak cakap turun ke jalan rela berkotor2 bercapai2 TANPA BAYAR mengurusi sampah di Lombok.
Husin mulai membersihkan sampah sejak tahun 1986. Selain mengurusi sampah di pantai dari Ampenan sampai Senggigi, Husin juga memprakarsai pembersihan mall Cakranegara dan pasar di sekitarnya. Pada tahun 2000 kegigihannya membuahkan hasil. Pemerintah Mataram akhirnya mendukung proyeknya dengan meminjamkan truk sampah dan pekerja. Bersama pemerintah beliau membersihkan daerah tersebut termasuk gorong2 selokannya. Proyek tersebut selesai dalam 3 tahun.
Pak Husin Abdullah yang sering dijuluki bule gila ini sudah meninggal pada 18 Agustus 2010, namun anaknya masih akan melanjutkan perjuangannya. Anda dapat menemukan mereka di websitenya.

4. Dan Roberts

Dan Roberts adalah seorang pemain sirkus dari Texas, Amerika. Dia sempat tinggal di Jakarta, bersekolah di JIS selama 6 tahun. Setelah itu dia kuliah di Chicago. Setelah lulus, dia bekerja di berbagai macam sirkus seperti Circus Smirkus, Cirque du Soleil’s Cirque du Monde and Chicago’s CircEsteem.

Kenapa beliau lebih berjasa daripada KAMU?

But why a circus performer is on this friggin’ list? Karena sekarang dia rela berkumuh2 di sudut2 kotor Jakarta untuk mengajari anak2 jalanan bermain sirkus.
Yup. Setelah berkelana di sirkus2, akhirnya Dan bertemu dengan Moshe Coen, pendiri Clowns Without Borders (Badut Tanpa Batas), sebuah organisasi internasional beranggotakan badut profesional dengan motto We send laughter around the world yang mengadakan pertunjukan sirkus secara gratis kepada mereka yang mengalami musibah di seluruh dunia.
Melalui Moshe Coen, Dan kemudian membawa Clowns Without Borders ke Indonesia. Setelah menerima sambutan yang sangat positif dari publik di Indonesia, Dan memutuskan untuk menetap di Indonesia dan membentuk Yayasan Hidung Merah (Red Nose Foundation) yang mengajari anak-anak jalanan bermain sirkus. Tak hanya melatih, Dan juga memberi kesempatan bagi anak-anak tersebut untuk tampil setiap 2-3 kali seminggu. Lewat program ini Dan mencoba mengajak anak-anak kecil tersebut untuk belajar sambil bermain, melatih kepribadian tak kenal menyerah dan percaya diri.

Mana coba artis pribumi yg mau tampil di tempat kayak gini? Gak dibayar lagi.
Tak cukup sampai di situ, Dan mulai memberi kelas matematika dan Bahasa Inggris tingkat dasar di Cilincing, timur Tanjung Priok untuk memberantas buta huruf. Dan ingin melihat anak-anak itu percaya pada diri mereka dan berani bermimpi lagi. Menurut dia, mengajari anak-anak kecil ini membuat hidupnya sempurna. Dia berkata, “It’s a gift that I have to give. I can’t put the kids through school, I can’t teach them math, but I can teach them circus, and more importantly, I can help them gain skills that will enable them to grow as people. That’s enough for me — actually that’s a lot.

And we do believe you, Dan
Oh, but if you wanna help, visit their website http://www.rednosefoundation.org/

Itulah beberapa bule yang berjasa bagi negeri kita Indonesia, saya jadi prihatin banyak masyarakat asli Indo yang kurang peduli dengan bangsanya sendiri, masa kalah sama orang asing broo.. malu lah kita!
So, mulai sekarang mari kita mulai berbuat (apa saja) yang baik buat bangsa kita, jangan sampai kalah dengan bule-bule diatas cuy.. jujur saya juga masih kalah dengan bule diatas kok! hehe.. Hidup Indonesia!
diadaptasi dengan sedikit perubahan dari theposkamling.com

No comments:

Post a Comment